Model Pembelajaran TEFA

  1. Pemahaman Model Pembelajaran TEFA

Teaching Factory (Tefa) merupakan suatu model atau pendekatan pembelajaran yang menyelaraskan antara pembelajaran di sekolah kejuruan dengan konsep pekerjaan di industri modern, dimana peralatan dan bahan produksi yang digunakan di industri modern tersedia dan digunakan juga di dalam kelas(Chryssolouris, Mavrikios, & Rentzos, 2016). Latar belakang dari pendekatan teaching factory ini adalah kenyataan bahwa perkembangan teknologi di industri begitu cepat sehingga peralatan produksi yang terpasang di sekolah sering tertinggal jauh. Oleh karena itu, pendekatan pembelajaran harus terus diperbaiki atau dimodernisasi agar semakin dekat dengan kegiatan praktis di industri. Konsep pembelajaran teaching factory fokus pada pengintegrasian industri dan akademi melalui adaptasi atau penyesuaian kurikulum pembelajaran. Tujuan dari konsep pembelajaran teaching factory adalah untuk memberikan pengalaman belajar bagi siswa dalam memproduksi sesuatu atau melakukan suatu pekerjaan sama seperti kondisi atau konteks industri, meskipun pembelajaran tersebut di lakukan di sekolah. Dengan demikian, konsep pembelajaran Teaching Factory dapat menjembatani kesenjangan kompetensi antara kebutuhan industri dan pengetahuan di satuan pendidikan. Teknologi pembelajaran yang inovatif dan praktek produktif merupakan konsep pendidikan yang berorientasi pada manajemen peserta didik dalam pembelajaran agar selaras dengan kebutuhan dunia usaha/dunia industri.

Dalam pengertian lain bahwa pembelajaran berbasis produksi adalah suatu proses pembelajaran keahlian atau keterampilan yang dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prosedur dan standar bekerja yang sesungguhnya (real job) untuk menghasilkan barang atau jasa yang sesuai dengan tuntutan pasar atau konsumen. Barang/jasa yang diproduksi dapat berupa hasil produksi yang dapat dijual atau yang dapat digunakan oleh masyarakat, atau konsumen.

Untuk dapat menjadi kompeten, konsep pembelajaran Teaching Factory menerapkan pendekatan pembelajaran berorientasi tindakan (action-oriented) dalam lingkungan belajar produksi-teknologi (Tisch et al., 2013). Oleh karena itu, pembelajaan berorientasi Teaching Factory memadukan pembelajaran yang sudah ada yaitu Competency Based Training (CBT) dan Production Based Training (PBT). Dengan demikian, proses pembelajaran akan semakin dekat dengan permasalahan industri.Hal ini berarti bahwa suatu proses keahlian atau keterampilan (life skill) dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prosedur dan standar bekerja (Standard Operation Procedure) yang sesungguhnya untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan tuntutan pasar/konsumen.

Dalam proses pendidikan di SMK, keterlibatan DUDI dalam proses pembelajaran sangat penting, karena perkembangan teknologi dan prosedur/proses produksi/jasa sangat pesat. Penerapan teaching factory di SMK akan mendorong terbangunnya mekanisme kerjasama antar SMK dan DUDI yang saling menguntungkan, sehingga SMK akan selalu mengikuti perkembangan industri/Jasa secara otomatis dalam transfer teknologi, manajerial, perkembangan kurikulum, prakerin dan lainnya. Dengan menerapkan pembelajaran teaching factory diharapkan akan meningkatkan kompetensi lulusan SMK yang relevan dengan kebutuhan industri/jasa sehingga akan berdampak pada penguatan daya saing tenaga kerja dan industri di Indonesia. Pengembangan kegiatan produktif sebagai sarana teaching factory untuk meningkatkan profesionalisme dan menumbuhkan jiwa kewirausahaan dan menjadi sentra industri.